Pemahaman terhadap regulasi bangunan dinilai masih minim di kalangan pemilik properti. Kondisi ini kerap menjadi penyebab berbagai kendala dalam proses pembangunan, mulai dari keterlambatan proyek hingga munculnya masalah hukum setelah bangunan selesai dikerjakan.

Regulasi bangunan berfungsi sebagai pedoman untuk memastikan keamanan, kenyamanan, dan keteraturan tata ruang. Namun dalam praktiknya, tidak semua pemilik properti memahami bahwa regulasi tersebut harus menjadi bagian dari perencanaan sejak awal, bukan sekadar syarat administratif di akhir proses.
Masih banyak pemilik bangunan yang berfokus pada desain dan biaya, sementara aspek regulasi baru dipertimbangkan ketika proyek sudah berjalan. Pola ini sering kali memicu revisi desain, penyesuaian teknis, hingga pengurusan izin ulang yang memakan waktu dan biaya tambahan.
Menurut praktisi desain dan konstruksi dari Casanova Jaya Design, minimnya pemahaman regulasi bangunan merupakan tantangan yang masih sering ditemui di lapangan.
“Banyak pemilik bangunan belum memahami bahwa regulasi itu bagian dari perencanaan, bukan penghambat,” ujar Singgih, perwakilan dari Casanova Jaya Design.
Ia menjelaskan bahwa regulasi bangunan mencakup berbagai aspek, mulai dari ketentuan tata ruang, ketinggian bangunan, hingga persyaratan teknis struktur dan keselamatan. Ketika aspek-aspek ini tidak dipahami sejak awal, risiko ketidaksesuaian akan semakin besar.
Di lapangan, Singgih menyebutkan bahwa kesalahan umum yang sering terjadi adalah asumsi bahwa regulasi dapat disesuaikan belakangan. Padahal, banyak ketentuan yang bersifat mengikat dan tidak dapat diubah setelah bangunan berdiri.
“Kalau sudah terlanjur dibangun, opsinya jadi terbatas,” lanjutnya.
Selain itu, regulasi bangunan juga bersifat dinamis dan dapat berbeda antarwilayah. Setiap daerah memiliki ketentuan tata ruang dan persyaratan teknis yang perlu dipatuhi sesuai karakter lingkungan dan peruntukannya.
Menurut Casanova Jaya Design, kurangnya pemahaman terhadap perbedaan regulasi wilayah sering menjadi sumber kebingungan bagi pemilik properti yang membangun di lokasi baru.
“Regulasi di satu daerah belum tentu sama dengan daerah lain,” kata Singgih.
Di Jawa Tengah, variasi karakter kawasan perkotaan dan nonperkotaan membuat pemahaman regulasi menjadi semakin penting. Bangunan yang tidak sesuai dengan ketentuan setempat berpotensi menghadapi kendala legalitas di kemudian hari.
Pemahaman regulasi yang minim juga berdampak pada proses perizinan. Dokumen yang tidak sesuai standar atau desain yang melanggar ketentuan sering kali menyebabkan permohonan izin harus direvisi berulang kali.
Singgih menekankan bahwa regulasi seharusnya dipahami sebagai alat untuk menjaga kualitas dan keselamatan bangunan.
“Regulasi itu dibuat untuk melindungi, bukan mempersulit,” ujarnya.
Selain aspek legal, pemahaman regulasi juga berkaitan dengan nilai properti. Bangunan yang memenuhi ketentuan dan memiliki izin lengkap cenderung lebih aman digunakan dan memiliki nilai jual yang lebih baik.
Dalam beberapa kasus, bangunan dengan regulasi yang tidak jelas justru memerlukan biaya tambahan untuk penyesuaian atau legalisasi di kemudian hari. Hal ini tentu merugikan pemilik properti dalam jangka panjang.
Sebagai konsultan yang menangani berbagai proyek bangunan, Casanova Jaya Design menilai bahwa edukasi mengenai regulasi bangunan perlu menjadi bagian dari proses pendampingan proyek.
“Pemilik properti perlu tahu sejak awal apa saja aturan yang harus dipenuhi,” ujar Singgih.
Ia menambahkan bahwa pemahaman regulasi akan membantu pemilik properti membuat keputusan yang lebih tepat, baik dari sisi desain, anggaran, maupun jadwal pembangunan.
Informasi mengenai pendekatan perencanaan dan kepatuhan terhadap regulasi bangunan dapat diakses melalui Casanova Jaya Design, yang memuat berbagai referensi terkait proses desain, konstruksi, dan perizinan.
Ke depan, tantangan pemahaman regulasi bangunan diperkirakan masih akan terus ada seiring perkembangan aturan dan penataan wilayah. Namun, dengan pendekatan perencanaan yang tepat, regulasi dapat menjadi panduan yang membantu, bukan hambatan.
Singgih menegaskan bahwa memahami regulasi adalah langkah awal untuk membangun dengan aman dan tertib.
“Kalau regulasinya dipahami sejak awal, proses pembangunan akan jauh lebih lancar,” katanya.
Dalam proses pembangunan properti, pemanfaatan layanan perizinan bangunan gedung dinilai dapat membantu memastikan seluruh ketentuan regulasi dipahami dan diterapkan secara tepat, sehingga proyek dapat berjalan sesuai aturan yang berlaku.
